Apa makna sejati menjadi manusia ? Itulah sebuah pertanyaan yang selalu saja ditanyakan mulai dari para filsuf terkemuka didunia, sampai para peneliti neurosains modern abad ini. Sebah pertanyaan yang mendalam dan reflektif, yang mengajak kita merenung. Apa sebetulnya tujuan kita diciptakan sebagai manusia, dan hadir di alam semesta ini. Untuk menyelami alam semesta yang luas nan indah, salah satu jalan yang terbaik adalah menyelami diri sendiri. Menyelami bagaimana diri ini mengalami penderitaan, dan juga mengalami cinta. Menyelami bagaimana manusia bisa tertawa, dan bisa juga nestapa. Sebuah perjalanan sejati yang sayangnya tidak diajarkan di bangku sekolahan. Dari sekolah dasar hingga lulus kuliah, kita diajarkan selalu untuk mengolah pikiran kognitif kita, otak kita. Namun jarang sekali kita diajak untuk menyalami bagaimana tubuh kita juga memiliki kecerdasan, menyelami bagaimana diri kita bisa mengalami berbagai makna.
Setelah mempelajari NLP bertahun-tahun dari bangku SMP hingga sekarang, pemahaman saya terhadap NLP-pun mulai berevolusi. Sekarang saya meyakini, bahwa NLP adalah sebuah cara untuk menyelami diri. Sebuah cara untuk berpetualang kedalam kecerdasan tubuh kita yang tiada batas, yang terhubung kedalam kecerdasan alam semesta itu sendiri. NLP adalah sebuah cara untuk memahami mengapa kita dapat mengalami warna-warni rasa dalam kehidupan. “NLP is a study of subjective experience..”, kata Richard Bandler sebagai penggagas awalnya. NLP mengajak kita untuk masuk dan menyelami hati kita secara penuh.
NLP 1.0 : Tentang Perilaku, Pola, dan Kode-Kode
Namun terkadang saya prihatin, betapa terkadang orang yang mempelajari NLP justru menjadi manipulatif, dan menjadi kaku. Terkadang sehabis belajar NLP, orang justru senang sekali untuk memanipulasi situasi. Seakan semua tehnik-tehnik yang ia gunakan, adalah alat untuk mengontrol orang disekitarnya agar berperilaku sesuai yang ia inginkan. Nyata-nyatanya pemahaman seperti itu tidak akan bertahan lama. Saya percaya, NLP adalah sebuah cara untuk memahami orang lain. Sebuah cara untuk mengasihi. Mungkin terdengar naif apa yang saya katakan disini. “Saya belajar NLP kok mas, namun kok nggak seperti yang mas katakan disini ?”, betul.
NLP pada sudut pandang tertentu memang tidak terlalu berbicara mengenai hal-hal “aneh” seperti kasih dan kesadaran murni. Sebut saja NLP yang seperti itu sebagai NLP 1.0. NLP yang masih berpusat bagaimana merubah kode-kode pikiran yang ada di dalam diri manusia. NLP yang menganggap manusia sama dengan komputer yang memiliki tombol-tombol yang daapt digeser kesana kemari. NLP pada tahap ini berbicara tentang bagaimana kita dapat memanipulasi pola yang ada di dalam diri kita sendiri maupun orang lain dengan intervensi tertentu.
Sayangnya penggunaan NLP dengan pemahaman sebatas ini seringkali menimbulkan praktisi-praktisi yang kurang humanis dan menyentuh kedalaman spirit dari seseorang. Praktisi yang hanya peduli terhadap pola-pola dan sistem secara kaku atau rigid. Praktisi yang menggunakan pola-pola bahasa NLP secara kurang luwes dan malah terkesan lucu. Memang orang yang mempelajari NLP pada tahapan sudut pandang ini pun sudah sangat bagus, namun sangat belum lengkap.
NLP 2.0 : Tentang Badan, Kecerdasan Tubuh, dan Permainan
NLP pada sudut pandang berikutnya mulai berbicara tentang body-work. Bagaimana kita dapat bekerjasama dan berinteraksi dengan kecerdasan tubuh kita. Dalam tahap ini, kita juga diajak untuk mulai menghormati sinyal-sinyal dalam tubuh. Kita mulai diajak untuk mengenali bagaimana sebetulnya tubuh kita dapat “berbicara” pada kita. Perubahan tidak semata-mata terjadi karena mengutak-utik kode pikiran, namun terjadi atas dasar kesepakatan yang kuat kepada bathin bawah sadar. Dengan demikian, perubahan yang terjadi pun menjadi lebih indah dan lebih mendalam. Sebut saja ini dengan NLP 2.0.
NLP pada tingkatan 2.0 ini mulai berbicara di level state, tidak hanya di level perilaku. Kita akan diajak untuk membangun high performance state (kondisi performa tinggi) melalui berbagai permainan yang menantang dan menyenangkan. Ketika kita sudah bisa mengakses keadaan dengan performa tinggi itupun, kita akan diminta untuk memperluas konteks dari kondisi tersebut. Sehingga efeknya kita akan dapat mempraktikkan kondisi performa tinggi pada setiap kegiatan yang kita lakukan.
NLP dalam pemahaman ini menjadi lebih dahsyat lagi. Karena dengan melibatkan kecerdasan badan, kita dapat benar-benar melatih diri kita untuk melakukan performa yang ekselen dalam setiap pekerjaan kita. NLP dalam pendekatan 2.0 ini juga sesuai dan cocok sekali digunakan untuk meningkatkan kualitas performa para atlit maupun para pebisnis. Di dalam NLP pendekatan 2.0 ini, respect yang besar pada kecerdasan tubuh juga membuat pendekatan ini mantap sekali jika diterapkan pada bidang seni seperti seni tari maupun seni gerak lain.
NLP 3.0 : Tentang Kesadaran Murni, Spiritualitas, dan Nondualitas
NLP pada hakikatnya mulai beranjak dan berevolusi lebih besar lagi. Tidak hanya percaya dan mengeksplorasi kecerdasan tubuh, kini NLP mulai masuk ke wilayah yang lebih sakral. Yaitu kesadaran murni dari manusia itu sendiri, tentang untuk apa kita diciptakan di dunia ini. Sebut saja NLP yang seperti ini sebagai NLP 3.0. Pada hakikatnya, NLP 3.0 memandang manusia sebagai manusia. Sebagai makhluk yang holistik sekaligus spiritual. NLP 3.0 memandang bahwa perubahan yang sejati haruslah dilakukan pada level identitas ataupun spiritual yang terdalam. Spritual disini bersifat universal, spiritual adalah tentang bagaimana kita dapat terhubung dengan Sang Sumber Kehidupan. NLP 3.0 tidak hanya berbicara pada level perilaku, tidak hanya juga berbicara pada level state, namun pada sesuatu yang lebih dalam dan mendasar lagi yaitu awareness (kesadaran).
Secara simple, NLP 3.0 mengajak kita untuk benar-benar terhubung dengan sisi kudus yang ada di dalam diri kita sendiri, The Divine Spirit. NLP 3.0 mengajak kita untuk terhubung kedalam hati nurani kita yang terdalam. Karena disanalah justru terdapat berbagai kreativitas tiada batas yang dapat kita gunakan untuk mencipta dan berkarya. Disini NLP 3.0 tidak hanya melihat secara filosofis, melainkan juga secara praktis. Bagaimana terhubung dengan sisi terdalam diri kita itu, dapat digunakan untuk keperluan yang beragam. Mulai dari keperluan mencipta lagu, memperlancar meeting, melakukan komunikasi yang berkesadaran, mengubah rasa takut jadi sebuah keberanian yang penuh kasih, dan sebagainya.
Dengan terhubung dengan kesadaran murni, kita langsung juga dapat masuk dalam high performance state seperti yang telah dibahas pada NLP 2.0. Otomatis performa dan kreativitas kita akan meningkat pesat. Kesadaran murni tidak hanya berguna untuk keperluan yang begitu mendalam seperti misi hidup dan kesejatian diri, melainkan juga untuk keperluan keseharian seperti memasak dan olahraga. Dalam NLP 3.0, segala metode dalam NLP juga digunakan secara begitu indah.
Meta Model, alih-alih digunakan sebagai tools untuk mencabik-cabik pemikiran klien. Meta Model digunakan sebagai sebuah cara untuk mengerti orang lain. Sebuah cara untuk mengasihi. Sehingga ketika kita bisa mengerti dan mengasihi orang tersebut, otomatis transformasi pemikiran terjadi dengan begitu otomatis dan cantik. Milton Model, alih-alih digunakan sebagai tools untuk memanipulasi pikiran klien. Milton Model digunakan sebagai sebuah cara untuk memfasilitasi klien menuju kondisi pembelajaran (learning state) yang baik. Kondisi dimana klien dapat belajar untuk lebih mengasihi, belajar untuk lebih bijaksana, dan mentransformasikan hidupnya.
Milton Model disampaikan sebagai sebuah cara untuk mengompori klien memasuki kesadaran murninya. Seperti yang dilakukan oleh Milton Erickson, dimana ia selalu percaya pada kesadaran kreatif klien yang tahu solusi yang terbaik untuk kliennya. Berbagai macam metode lain seperti rapport, meta program, juga digunakan secara alamiah dan begitu manusiawi. Sehingga transformasi yang terjadi pada klien dapat semakin mendalam dan begitu ajaib.
Kesimpulan
Begitulah pada esensinya, NLP mengalami evolusi dari pendekatan perspektifnya. Tidak ada salah atau benar, kesemua hal diatas hanyalah cara seseorang untuk memandang NLP dan metode-metode yang ada didalamnya. NeoNLP membebaskan para trainernya untuk menggunakan corak pendekatan apapun, asal masih selaras dengan spirit NeoNLP. Ini membuat saya pribadi sangat bersyukur. Saya sangat passionate sekali ketika menerapkan NLP 3.0 dalam setiap kelas sertifikasi yang telah saya selenggarakan. Bagi saya, itu merupakan hal yang indah dan menyentuh dapat menerapkan NLP 3.0 yang saya pelajari langsung dari Stephen Gilligan (Murid Milton Erickson) ataupun guru-guru lain.
Perubahan yang terjadi pun dapat lebih elegan dan mendalam. Saya terkadang sungguh terharu sendiri melihatnya. Seorang ibu dapat terbebas dari berbagai ketakutannya justru dengan memeluk ketakutan tersebut. Seorang pemimpin perusahaan dapat mentransformasikan perusahaannya dengan kasih dan kesadaran. Serta seorang pegawai dapat belajar untuk mulai mencintai pasangannya. Banyak sekali kisah-kisah yang menyentuh selama saya mengadakan kelas sertifikasi NeoNLP ini. Sungguh, perbedaan yang sangat besar ketika memandang NLP dengan hati dan kesadaran.
Para sahabat, pada intinya saya mengajak para sahabat yang membaca tulisan ini untuk memandang NLP sebagai sebuah cara untuk mengasihi. NLP sebagai sebuah sikap dibalik metode dan tehnik-tehnik. NLP yang didasarkan akan kesadaran, empati (Kasih), dan curiousity (Keingintahuan Tulus). Karena itulah spirit dari para legenda yang di model oleh NLP yaitu Virginia Satir, Milton Erickson, dan para legenda lain. Mereka datang dengan hati dan berkomunikasi dengan kasih pada setiap klien.
Kasih itu kadang terekspresikan melalui kelembutan, kadang juga melalui ketegasan. Namun yang jelas, kasih itu terpancar nyata pada setiap klien mereka. Karena mereka benar-benar peduli dan men-support secara total kliennya sebagai seorang manusia yang mengalami petualangan hidup yang unik. Mari para sahabat, pelajari dan gunakan NLP dengan penuh kesadaran dan kasih. Izinkan NLP sebagai sebuah ilmu yang mengajak kita untuk hidup seutuhnya, terhubung pada Cinta Illahi yang senantiasa bersama kita dan ada di dalam hati kita. Salam Ajaib.
Andreas Pasolympia
www.SangPemenang.com