Dalam kehidupan sehari-hari kebanyakan manusia berkomunikasi menggunakan pola surface structure, yaitu pola yang tidak lengkap dalam merepresentasikan informasi yang tersimpan di dalam pikiran mereka.
Contohnya saat seseorang mengatakan “aku kagum dengan dirimu….” Kalimat ini sama sekali tidak lengkap. Kagum untuk hal apa? Apakah semua yang ada di dalam diri orang tersebut ia kagumi, atau hanya hal-hal tertentu?
Dalam NLP pola bahasa tersebut dinamakan “Meta Model”, yaitu pola bahasa yang membuat informasi lebih detail dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang menggali informasi lebih spesifik.
NLP mengamati teknik-teknik yang digunakan oleh Firtz Perls dan Virginia Satir bekerja dalam proses menantang mempertanyakan Kembali surface structure kliennya agar menjadi lebih lengkap. Saat pola bahasa seseorang menjadi lebih lengkap, ternyata terjadi proses “pencerahan” dalam pikiran klien, sehingga menjadi “sembuh”.
Contoh lainnya:
Berdasarkan pengalaman saya, ada kalanya saya merasa sedih atau kesal pada diri sendiri karena merasa punya kekurangan. Misalnya sering dalam benak saya men”judge” diri sendiri sebagai “ orang yang tidak disiplin”. Akibatnya malah parah. Karena hal itu saya malah makin sering tak melakukan apa yang semestinya saya lakukan. Soalnya “saya memang orang yang tidak disiplin, kan?" Pembenaran itulah yang kemudian timbul. Dalam metode NLP hal ini disebut “Limiting Belief” atau keyakinan mengenai diri atau hal-hal diluar diri yang menghalangi untuk mempunyai pilihan respon yang luas.
Hal yang demikian itu bisa diatasi dengan “Meta Model”. Kita tanyakan diri sendiri dengan berbagai pertanyaan. Untuk lebih jelasnya langsung melihat pada contoh sebagai berikut :
Limiting Belief : Saya orang yang tidak disiplin.
Tanya ( T) : Tidak disiplin itu yang bagaimana?
Jawab (J) : Tidak rutin dan tidak tepat waktu.
T : Apakah setiap saat seperti itu? Pernahkah anda disiplin dalam hal tertentu? Kapan pernah bisa disiplin?
J : Tidak setiap saat. Untuk hal tertentu saya disiplin. Saya bangun pagi, shalat subuh, mengurus keperluan anak dan mengantar jemput anak sekolah.
T: Perhatikan perasaan anda saat bisa disiplin. Artinya anda bisa kan?
J: Ya.
T : Bagaimana caranya agar anda bisa disiplin untuk hal lainnya?
J: Membuat to do list dan mematuhinya.
T: Bagaimana perasaan anda sekarang?
J: Mulai sekarang saya bisa disiplin.
Dengan pertanyaan-pertanyaan dan jawaban-jawaban itu runtuhlah keyakinan saya kalau saya orang yang tidak disiplin. Yang timbul adalah keyakinan baru bahwa saya bisa disiplin, sekaligus memperoleh solusi mengatasi ketidakdisiplinan yaitu dengan membuat dan mematuhi to do list yang dibuat sendiri.
Bisakah hal ini diterapkan pada anak? Bisa. Misalnya pada anak yang sudah kadung menganggap dirinya pemalas, tidak percaya diri dan lain-lain. Coba yuk!
Menarik kan??
Apakah Anda ingin belajar NLP lebih mendalam dan lengkap??
Mau via Offline atau Online??
Bersama: Hadi Tasman, CT.NNLP, CT.HRNLP, CLCNLP, CHRMNLP, CHt, CI, CT.HLC