Bukan sensitif terhadap makhluk ghoib ya. 😀
Melainkan sensitif terhadap informasi.
===
"Maksudnya?"
Gini-gini.
↓
Menurut NLP:
- Input sensorik dari pengalaman kita,
- Seperti apa yang kita lihat, kita dengar, dan kita rasakan.
- Tidak serta merta langsung disimpan begitu aja kedalam pikiran kita.
Secara alami, setiap input tersebut yang kelak akan menjadi database internal untuk menentukan perilaku, akan disaring dulu oleh filter mental (internal processing filter) dengan cara:
- Deletion: penghapusan sebagian informasi.
- Distortion: penetapan makna subjektif.
- Generalization: penyamarataan (generalisasi).
Nah, berkat mekanisme penyaringan ini, akhirnya terbentuklah pemaknaan yang "bias".
Dan karena hal ini juga, ucapan atau komentar seseorang kerap kali "meleset".
===
"Contohnya?"
Anda bisa lihat disini ya.
Silahkan Anda lihat dulu, lalu kembali lagi kesini.
…
Gimana udah?
Kalau udah, mari kita lanjut.
↓
Sekilas, pernyataan diatas mungkin terdengar realistis.
Tapiiii….
- Apa iya, punya pasangan harus siap menambah masalah?
- Kalau iya, emang masalah dalam hal apa? Masalah keuangan? Masalah ngobrol yang gak nyambung? Atau masalah apa tepatnya?
- Lalu, emang kata siapa punya pasangan malah nambah masalah? Kata tetangga? Orang tua? Atau jangan-jangan kata sinetron?
Nah, kalau Anda jeli, makna-makna bias seperti ini mudah Anda temukan di kehidupan sehari-hari lhoooo..
Semua ini terucap begitu aja dari orang-orang, tanpa disadari.
===
"Duh, berarti ini buruk dong?"
Gak juga.
Kenapa demikian? Jawabannya demi efisiensi kerja otak.
Penjelasannya gini:
↓
Setiap detik, input dari panca indera sangatlah banyak.
Makanya, semua input tersebut harus disaring dulu biar otak kita gak kewalahan menampung itu semua.
Wah, kalau gak ada filter ini..
Bisa-bisa otak kita nge-lag tuh, kayak HP atau komputer yang memori penyimpanannya kepenuhan.
===
"Jadi Best practice-nya gimana?"
Kalau dalam konteks berkomunikasi, Anda disarankan lebih jeli untuk menangkap:
- Deletion,
- Distortion,
- & Generalization
dari perkataan orang-orang.
Ketika Anda ngeuh akan hal ini, alhasil:
- Anda akan mampu menerima informasi dari lawan bicara dengan lebih baik.
- Sehingga, cara Anda merespons akan lebih presisi.
- Dan akhirnya, kesalahpahaman pun bisa dihindari.
===
Atau:
- Sebenarnya, pola internal processing filter bisa kita identifikasi untuk keperluan modelling juga lhoooo..
- Sebuah perilaku excellence salah satu landasannya adalah internal processing filter.
- Jadi, pola ini bisa juga kita terapkan pada diri kita sendiri.
===
Kesimpulannya?
- Internal processing filter adalah cara agar otak kita tetap berfungsi dengan baik ditengah massive-nya gempuran informasi dari panca indera.
- Cuman, hal ini menyebabkan terbentuknya pemaknaan yang "bias", alias pemaknaan yang belum tentu sejalan dengan fakta.
- Best practice dalam konteks komunikasi? Ngeuh akan tiga pola internal processing filter (penghapusan informasi, distorsi, dan generalisasi), maka Anda akan mampu menerima dan merespons dunia luar dengan lebih baik.
===
Punya Pertanyaan?
Chat kesini ya!
Haris Maulana
WhatsApp: 0881-7877-372