Yang disebut “MAGIC”
• Manusia merupakan salah satu mahluk hidup di bumi yang menggunakan bahasa yang terstruktur, dan manusia secara tidak sadar memilih kata-kata yang digunakan dan struktur bahasa yang digunakan.
• Bahasa merupakan fungsi dasar manusia bagaimana manusia merepensetasikan dunia eksternal, dan bahasa juga digunakan untuk mengkomunikasikan representasi tersebut. Manusia tidak pernah lepas dari lingkungan sosial, sehingga representasi internal kita terhadap dunia itupun terpengaruh oleh keadaan sekitar kita.
• Mengenal distinguisi bahasa seseorang, kita dapat mengetahui peta mental orang tesebut.
• Sering kali “kapabilitas” manusia yang sesungguhnya terbelenggu hanya karena peta internalnya yang tidak “jelas” / “bias”.
Berangkat dari perkenalan terhadap “magic”, ternyata dalam perihal manusia merepresentasikan duniaNYA terjadi beberapa distinguisi, yakni : Delesi, Generalisasi, Distorsi.
Delesi: Manusia cenderung menghilangkan/mengurangi informasi yang masuk.
Generalisai : Kecenderungan untuk generalisir informasi yang masuk.
Distorsi : Kekaburan makna dari sebuah informasi yang masuk,
Kekuatan sebuah PILIHAN – *Choice is Better Than No Choice*
Sering kali manusia terjebak pada sebuah kondisi yang membuatnya seakan-akan tidak ada pilihan, seperti:
“Saya selalu gagal” ,
“Jika mau kaya harus jadi pengusaha “,
“Jika saya mundur maka saya kalah” ,
Beberapa kalimat tersebut mungkin sering terdengar ditelinga kita, atau jangan-jangan dari kita sendiri yang mengucapkannya. Apapun yang kita lontarkan dengan bahasa kita, itu merupakan representasi saja. Kajian menarik dari Alfred Korzybski bahwa “MAP is not The Territory” (Peta Bukan Merupakan Wilayah), Representasi kita terhadap dunia itu merupakan representasi semata bukan merupakan dunia sesungguhnya, misalkan anda diminta untuk menceritakan bagaimana bentuk “Gajajh, Kita tidak meletakan “Gajah” dalam pikiran kita, tapi kita hanya merepresentasikan “Gajah”.
Meta Model mengajak kita untuk memperluas “MAP” sehingga kita memiliki pilihan-pilihan yang lebih memberdayakan.
Contoh:
“Saya selalu gagal” (kategori generalisasi). Kalimat ini sangat bias! atau tidak jelas, jika kita memindai dalam proses mentalnya, orang yang mengucapkan hal tersebut sangat focus pada “kegagalan” tersebut, meta model menantang proses mental orang tersebut dengan cara “ Apakah selalu?” atau “Gagal dalam hal apa?” dengan menantang proses berpikirnya, membantu agar orang tersebut agar -tidak focus pada kegagalan itu, tetapi melihat lebih jauh bahwa dia tidak selalu gagal. Ketika seseorang menyadari bahwa dia tidak selalu gagal, dia diberikan pilihan-pilihan untuk “me-maknai” ulang arti kegagalan tersebut sehingga dia tidak lagi terbelenggu pada “kegagalan”.
Kembali lagi kepertanyaan diatas, kenapa di sebut META – MODEL?
Meta diambil dari bahasa Yunani yang berarti atas/ melebihi. Model : merupakan bagaimana manusia “me-model” (representasi) Dunia Eksternalnya. Ketika manusia memodel dunia eksternalnya kencederungan untuk melakukan delesi, generalisasi, dan distorsi pasti selalu terjadi. Ketika manusia memiliki sebuah objektif tetapi terintevensi oleh Delesi,Generalisasi,Distorsi, maka digunakan meta-model untuk digunakan untuk memetakan ulang peta internal sehingga mendapatkan pemaknaan yang lebih jelas.
Itu hanya sebagaian kecil “Magic” dari Meta-Model, semoga sharing saya bisa berguna.