Setiap kali kita mendapati orang sakit atau diminta untuk memberikan kesembuhan pada masyarakat yang sedang sakit. Maka kita akan mendapati hal yang sama antara pasien yang satu dengan yang lainnya, yakni memandang sakit dan penyakit itu sebagai sebuah musibah yang harus dihadapi dengan rintihan, kesedihan, keluh kesah bahkan putus asa.
"Saya sudah sakit sekian tahun lamanya. Saya juga sudah berobat kemana-mana. Kenapa saya tidak sembuh dari penyakit? Mengapa harus saya yang sakit? Mengapa penyakit ini tidak mau pergi dari badan saya? Dan berbagai diksi narasi "energi negatif" lainnya yang senantiasa keluar dari lidah pasien.
Ada juga yang sampai berputus asa. "Saya sudah pasrah. Sudah berobat ke banyak terapis tapi masih sakit juga. Sudah habis uang banyak, penyakit belum sembuh juga. Sudah berbagai macam bentuk terapi saya coba, tapi hasilnya tetap nihil, masih belum ada kesembuhan".
Saat menghadapi para pasien dengan paradigma dan mindset yang negatif dalam menghadapi penyakit, justru penyakit yang dideritanya semakin bertambah parah. Sakitnya tidak akan sembuh bahkan si pasien akan semakin mendapatkan derita sakit yang berlebih dari sebelumnya. Sakitnya terus bertambah. Mengapa hal ini bisa terjadi ?
Pertama, hukum alam Law of Attraction (hukum tarik menarik akan terjadi). Kita akan menarik apapun yang kita inginkan atau tidak kita inginkan. Saat kita sakit kemudian hari, pikiran, perasaan dan lisan selalu mengeluh, maka yang kita dapatkan adalah sakit tidak segera sembuh, bahkan sakitnya semakin bertambah parah saja. Alam semesta akan memberikan apapun yang kita tarik dengan pikiran dan perasaan kita sebagai maghnet alam semesta. Demikian penjabaran dari para guru kehidupan yang dirangkum oleh Rhonda Byrne dalam The Secret.
Kedua, secara hukum Tuhan, hukum langit. Kita akan mendapatkan kembali apa yang kita syukuri atau tidak kita syukuri, bahkan mendapatkannya secara berlebih.
"La in syakartum la aziidannakum" maknanya "Jika kamu bersyukur, pasti akan Aku (Allah) akan tambahkan (nikmat Ku) kepadamu". Artinya kalau kita bersyukur kepada nikmat Allah, maka Allah akan menambahkan nikmat Nya kepada kita. Sebaliknya jika kita kufur, maka Allah akan memberikan azab yang pedih. Ketika kita sakit lalu kita mengeluh, maka keluhan itu sebagai bentuk kufur kita kepada Allah, makanya Allah akan memberikan rasa sakit yang berlipat ganda. Bukan menyembuhkan.
REFRAMING
Dalam NLP, ada satu teknik luar biasa dalam kita menghadapi persoalan hidup, termasuk masalah penyakit.
Reframing sendiri adalah sebuah teknik psikologis yang melibatkan proses mengubah atau membingkai ulang cara seseorang memandang suatu situasi, pengalaman, atau peristiwa. Tujuan utama dari teknik ini adalah untuk menggeser perspektif dari sudut pandang negatif menjadi lebih positif dan konstruktif.
Dalam konteks psikologi, reframing dapat didefinisikan sebagai metode untuk mengidentifikasi dan kemudian mengubah cara kita menafsirkan atau memberi makna pada pengalaman, peristiwa, atau situasi tertentu. Proses ini melibatkan pergeseran kerangka berpikir atau "frame" yang kita gunakan untuk memahami dan merespon dunia di sekitar kita.
Konsep reframing didasarkan pada premis bahwa cara kita menafsirkan atau membingkai suatu situasi akan mempengaruhi bagaimana kita merasakan dan bereaksi terhadapnya. Dengan mengubah bingkai atau sudut pandang, kita dapat mengubah respons emosional dan perilaku kita terhadap situasi tersebut.
APLIKASI REFRAMING SAAT SAKIT
Sebagaimana dijelaskan diatas bahwasanya banyak sekali klien saat sakit, mereka kebanyakan berkeluh kesah sehingga sakitnya tidak sembuh malahan tambah parah. Sehingga penulis mencoba menggunakan teknik reframing dengan memberikan sugesti seperti dibawah ini. Sebelumnya klien diajak untuk mengikuti script sugesti yang kita desain, "Wahai penyakit, sekiranya kamu diutus oleh Allah ke dalam badanku, dan itu dapat menghapus kesalahanku. Dapat membakar segala dosa-dosaku, maka aku rela, aku pasrah, aku ikhlas dan aku ridho". Klien diajak untuk berdamai dengan penyakit atau menerima penyakit itu sebagai bagian dari anugerah Tuhan. Hasilnya subhanallah, minimal mental, pikiran, rasa dan jiwa klien lebih tenang dan nyaman. Sudah tidak panik atau cemas seperti sebelumnya. Bahkan beberapa klien bisa mendapatkan kesembuhan saat itu juga.
Reframing sendiri sebenarnya sebagian kecil dari "Firman Allah" dalam Kitab Nya yang mulia (Al Qur'an). Hanya saja banyak umat Islam yang tidak mengerti akan hal ini. Padahal ayat ini sangat terkenal dikalangan kaum muslimin. Hanya saja karena tidak dapat memetik makna terdalam dari ayat apalgi menerapkan konten dan konteks ayat dalam perikehidupan, makanya konsep Reframing NLP dianggap sebagai sesuatu yang baru. Padahal ayat langit (QS. Ibrahim ayat 7) telah menjelaskan,
"Fainna ma'al 'usri yusra, Inna ma'al 'usri yusra", Sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan. Bersama kesulitan ada kemudahan". Bersama musibah ada berserak hikmah. Bersama masalah ada jalan solusinya. Bersama sakit ada kesembuhan. Salam Sehat, Bahagia dan Sejahtera Selalu.
M.Nur Samsi, S.Ag, S.Pd, CHt, CPHt, CT.NNLP.
